Happy Internasional Nurses Day

Mei 11, 2020




        Hari ini, tepatnya pada 12 Mei 2020, merupakan hari dimana memperingati dedikasi seorang perawat terhadap masyarakat secara kemanusian, dengan kerja keras dan menandai kontribusinya terhadap orang lain yang dirawat. Setiap tahunnya, hari perawat sedunia dikenal jatuh pada tanggal 12 Mei, perayaan ini juga diperingati sebagai hari kelahiran Ibu perawat sedunia yaitu Florence Nightingale. Siapa sih yang tidak kenal dengan nama ini, jasa dan cintanya akan ilmu keperawatan yang menjadikan ia mulia dan tetap abadi dalam sanubari perawat seluruh dunia. Maka, tidak heran, jika saat ini kita sedang memperingati hari Perawat Internasional, sekaligus memperingati hari kelahiran sosok wanita yang masih menjadi buah bibir pada kalangan perawat diseluruh belahan dunia. 

Pada situs Altius Directory terdapat sebuah ungkapan tentang seorang perawat, “Para perawat memegang peran penting, basis dalam perkembangan kondisi fisik setiap pasien, sehingga mempengaruhi populasi dan sistem kesehatan” hal ini dapat dilihat dalam pekerjaan yang dilakukan oleh para perawat setiap harinya, mungkin kita sering menui para perawat diberbagai pelayanan kesehatan, tak luput dengan cirri khasnya yang identik serta hal-hal yang dilakukan guna merawat pasien dengan harapan dapat membantu perkembangan fisiknya, yang dipengaruhi oleh kebersihan diri dan lingkungan sekitar.
 

Sejak 2016 silam, sejak masih berkuliah pada prodi Ilmu Keperawatan, saya begitu mengagumi sosok Florence Nightingale atau yang dikenal dengan sebutan The Lady with The Lamp (wanita dengan lampu), sosok pelopor  perawat modern. Florence Nightingale berkelahiran Firenze, Italia, 12 Mei 1820 dan ia menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 13 Agustus 1910. Nama Florence Nightingale pertama kali diperkenalkan oleh dosen Filsafat Keperawatan pada kelas saya, yaki Ns. Wilma, saya masih ingat kala itu, beliau begitu banyak mengurai cerita tentang sosok The Lady with The Lamp ini, saya dan teman-teman pun terkesima dan penasaran dengan wajah dan tulisan dari sosok yang dikagumi ini. Ketika itu, kami masih menjadi MaBa(Mahasiswa Baru) pada salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, di Sulawesi Selatan. Setelah kelas usai, saya dan teman-teman pun, bergegas meninggalkan kelas dan menuruni anak tangga yang menghubungkan lantai 2 prodi keperawatan ke lantai 1 prodi kebidanan, yang mana disamping prodi kebidanan terdapat ruang perpustakaan. Setelah measuki ruang perpustakaan, kami pun bergegas menduduki kursi yang kosong yang tersedia dihadapan kami, tanpa banyak aba-aba beberapa buku Filsafat Keperawatan telah berada ditangan kami, dengan bantuan computer yang tersedia untuk mencari buku yang kami inginkan. 

Tanpa kami sadari, ternyata waktu telah menunjukan pukul 15:20 WITA, dengan segenap kantuk dan lelah yang terabaikan, kami memilih pergi ke sebuah took buku yang terletak di daerah Perintis, yaitu took buku “Asclepius” banyak dosen dan teman-teman yang merekomendasikan untuk mendapatkan buku kesehatan di took tersebut, sehingga kamipun bersama-sama menuju took buku tersebut, dibarengi dengan untuk mendapatkan beberapa buku yang kami butuhkan untuk mata kuliah lainnya. Dengan semangat yang berapi-api, saya dan teman-teman pun begitu menikmati pete-pete(angkutan umum) yang kami tumpangi, biasanya jika sendirian, saya takkan betah untuk naik pete-pete ini, disebabkan ketidaknyamanan akan suasananya. Dengan berbagai celoteh yang dihadirkan pada suasana tersebut, tak terasa kami pun sampai pada took buku yang hendak kami kunjungi, layaknya anak TK(Taman Kanak-kanak), yang bergembira memasuki wahana permainan, yah seperti itulah kami. Kegembiraan diawal menjadi mahasiswa baru memanglah hal yang mengesankan, terlebih dengan uniform yang kami miliki, seragam yang sama menjadikan kami semakin kompak hehe.
 
Tak selesai sampai disitu, atas dasar kekagumanku, akan sosok Florence Nightingale ini,  kamar ku pun dipenuhi dengan gambar sosok tersebut, mungkin ini bagian dari rasa kagum yang hadir. Kebanyakan teman-teman ku berkomentar aneh tentang potret kuno yang dirasa nilai kualitas gambarnya buruk, dibandingkan dengan kualiatas foto yang dihasilkan zaman sekarang. Tak mengapa, toh semua orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Mungkin mereka menilai gambar tersebut sekedar gambar yang panjang, tak lebih. Sementara aku, menilai dari sudut pandang yang berbeda, tentang isi kepalanya, sehingga penasarasan akan rupanya sehingga, rupa yang ku temui, bukanlah sebagai bahan pertimbangan untuk tetap mengagumi dirinya. Semua orang memiliki cara yang berbeda dalam memaknai rasa kagum, begitupun dengan diriku. 

You Might Also Like

0 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts