Ketika Siang Hendak Pergi, Apakah Yang Kau Inginkan Untuk Menjemput Malam?

Mei 12, 2020

                                                                    Sumber:google

    Ketika jam dinding menunjukan pukul 17:00 WIB, aku bergegas meninggalkan kamar, hendak menuju tempat dimana sepeda motorku terparkir. Tak menunggu lama, aku langsung saja melajukan sepeda motorku menuju sebuah tempat yang ku gemari, untuk menutup hari. Tempat tersebut, bukanlah tempat mewah yang digemari remaja masa kini tapi, aku begitu menyukainya. Untuk menutup hari, aku hanya perlu tempat nyaman yang menyuguhkan kedamaian, yang member makan energy positif karena, seduhan alam yang menyatu dalam rasa yang mampu menghipnotis kalut menjadi senyum, setenang itu keinginanku. Bagaimana denganmu? 

Sumber:google

Tak membutuhkan waktu berjam lamanya, aku telah tiba di depan tempat yang hendak ku tandangi, dimana tempat itu khas, dengan bangunan minimalis, pemandangan yang menawarkan kedamaian, dan mata yang kerap memandangi laut yang member energy positif. Tak jauh didepam mataku, terlihat beberapa nelayan tengah menunggangi perahu berukuran tidak lebih dari 3 orang kapasitasnya, yang mempu membawa mereka pada tengah lautan, untuk mencari ikan yang diinginkan. Dahan pohon yang melambai-lambai akibat seolah berkata tentang dirinya yang begitu tentram menatap laut yang indah. Maluku Utara, memanglah tempat yang indah, mengapa tidak, aku dapat menikmati kopi disore hari, dengan suguhan pemandangan yang indah, didepan mata, tempat ini dapat ku kunjungi setiap hari, kapanpun yang mau karena, letaknya memang tak jauh dari pusat perkotaan. 


                                                            Sumber: dok pribadi

Aku masih begitu jatuh hati, dengan tempat ini, mengapa tidak? Beberapa tempat yang ku kunjungi, baik di dalam negri, maupun di luar negri, belum dapat menggantikan tempat yang mendamaikan ini. Mungkin, banyak hal yang dapat ku temui diluar sana namun, tidak semua menawarkan kedamaian, member makan energy positif hingga, mengajakku untuk kembali bertemu, dihari esok. 

Alasanku untuk mendatangi tempat ini, tak sedekar duduk menikmati aroma kopi dan mengabadikan moment, melainkan menuliskan apa yang hendak ku tulis pada hari ini. Telah lama, berkawan dengan buku, menjadi candu, membawanya kemanapun ku pergi telah menjadi kebiasaan. Tak ada alasan lain yang membuat lebih tenang, ketika membaca buku ditempat seperti ini adalah kenyamanan dan menulis ditempat seperti ini, adalah kedamaian. Tak banyak, yang menyukai kedua hal tersebut, terlebih senyum dan hening, mungkin begitu membosankan, bagaimana denganmu?

Tak ada yang lebih baik, dari menutup hari dengan mengabadikan cerita tentang hari ini. Tak banyak yang gemar melakukan hal serupa namun, apakah ini hal yang tepat? Yah, ini hal yang tepat bagi diri-diri yang tak ingin kisahnya berhenti, bersama usianya. Itulah yang terjadi pada diriku juga. Bagaimana denganmu? Tulisanku tak sesempurna apa yang menjadi definisi sempurna menurutmu, aku menulis, belajar dan membaca karena, aku adalah seorang yang berstatus fakir ilmu, silahkan mengomentari tulisanku jika, kamu merasa ini adalah bagian dari beberapa kesalahan.

                                                                Sumber: dok pribadi
Ketika langkah kakiku memasuki café, seorang wanita paruh baya mengangkat wajahnya, sembari tersenyum dan berkata padaku “hallo, Nona manis, mau Kopi seperti kemarin lagi?” aku membalas senyumnya, sembari mengiya-kan kopi yang dimaksud. Ia telah mengenalku karena, beberapa kali pertemuan sebelumnya. Pun seorang bapak paruh baya yang bekerja disitu, selalu menanyakan keluhanku, ketika hendak pulang namun, aku selalu berkata “tidak ada keluhan hari ini, pak. Mungkin, jika saya menemukan keluhan, akan segera saya sampaikan kepada bapak” sembari tersenyum sang bapak mengucapkan “terimakasih”.

Aku selalu memilih duduk di depan jendela café, disini au dapat bebas menatap laut dan hamparan gunung, terlebih pulau maitara, tepat di depan mata. Ini benar-benar member makan energy positif di dalam otakku, dan member makan kedamaian didalam hatiku. Seperti biasa, ranselku mulai ku buka, beberapa buku telah keluar dari dalam ransel, termasuk leptop beserta charnger dan mouse. Tanpa menuggu lama, sebelum kopi yang kuinginkan tiba, aku terlebih dahulu, memulai menuliskan perasaanku pada hari ini. Sejenak, ketika kembali menatap hamparan gunung didepan mata, sebelum matahari benar-benar berpamitan dengan gaya khas termanisnya, aku kerap menatap langit lekat-lekat, aku begitu menikmati rona merah yang indah dipandang mata. Tanpa ku sadari, wanita paruh baya yang sejak tadi berada disampingku tersenyum dan meletakan kopi beserta beberapa makanan lainnya.

Tak terasa, aku telah menyelesaikan tulisan yang lahir dari perasaanku hari ini, begitupun dengan menutup hari, ditempat yang kuinginkan, menyeduh kopi, dan mengunyah beberapa aneka cemilan, dilanjutkan dengan sedikit memberi makan keinginan hari ini, untuk membaca beberapa buku yang ku gemari. Tak banyak, hal tersebut amat berharga bagiku, sendiri, hening dan tempat yang nyaman. Apakah ini hal yang kamu gemari juga?

Tanpa kusadari, aku telah menghabiskan waktu selama 4 jam lamanya, sendiri, tentu saja. Bergegas aku memasukan kembali buku-buku dan leptop ke dalam ransel. Ketika, tiba didepan kasir, sang bapak paruh baya yang selalu ku temui di café ini, menyambut dengan senyum hangat dan menyapaku dengan aksen khas Maluku Utara, “Semoga selalu suka ya, dengan sajian kopi dan makanan di café ini” aku pun membalas senyumnya, “terimakasih pak,” ucapku, sembari mengulurkan tangan membayar kopi dan makanan yang kupesan 4 jam yang lalu.

Setelah bergegas meninggalkan café, aku pun kembali ke kost tempat tinggalku, hanya membutuhkan waktu 20 menit. Mungkin mala ini, aku dapat terlelap pulas karena, telah memberi makan energi positif dan  mendamaikan hati dengan cara yang terhormat. Bagaimana dengamu? Apakah kamu telah member makan energy positif, hari ini?

You Might Also Like

0 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts