Reviu Novel "Anak Gembala Yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman"

Mei 14, 2020

                                                                        dok pribadi/Nia


    Sebuah novel yang ku terima pada sebuah café, dari seorang sahabat baru yang berasa cukup lama bersama, padahal ini kali pertama pertemuan kami hehe. Kingkin, nama sahabatku yang memiliki candu terhadap buku-buku, terutama novel, “Anak Gembala Yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman” adalah salah novel darinya, dengan beberapa novel, oleh-oleh yang dibawanya pada pertemuan perdana kami tersebut.

            Awal membaca novel ini, aku cukup tertegun pun kagum, terhadap novel yang memiliki plot cukup menarik, pun ini di usung dari kisah nyata seorang waria yang memiliki perjalanan hidup yang berliku nan terjal. Aku begitu penasaran karena, alur yang disuguhkan cukup menarik, berkali-kali aku berniat untuk membuka halaman akhir, dengan tujuan mendapatkan jawaban dari alur serta plot yang disajikan. Penuturan serta penyajian cerita yang tak biasa, memang cukup menarim perhatianku lebih dari biasanya, novel dengan status juara II pemenang Sayembara Dewan Kesenian Jakarta 2018, oleh A.Mustafa ini sangat direkomendasikan, bagi anda yang ingin membaca suguhan plot yang tak biasa.

            Bermula dari seorang waria yang mana memiliki nama Roro Wilis yang pada saat itu berlokasi nyebong di jalan Menteri Supeno, kota Semarang. Dengan rutinitas nyebong untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah sekaligus untuk mencupi kebutuhan sehari-hari. Namun, ketika menjadi waria hidup sang Roro Wilis ini tak selamanya berjalan sesuai dengan ekspektasinya, terlebih beberapa kali ada orang yang berniat jahat ingin mencelakainya dengan berbagai cara, dan penyamaran, hingga akhirnya keberuntungan masih berpihak pada si Roro, dan membawanya pulang dan kembali pulih.

            Tidak hanya hidup bersama sahabat warianya yang lain, sang Ibu dari Roro seringkali menyempatkan diri mengunjunginya di tempat kostnya. Namun, Roro tetap saja pada pendiriannya untuk enggan kembali ke rumah orang tuanya, walaupun keputusannya begitu menyayat hati sang ibu, yang menginginkan hidup bersama Roro.

            Roro Wilis, yang kemudian dikenal dengan Pak Suko, dengan perjalanan taubatnya, hingga akhirnya menjadi seorang Ahmadi, dan hidup dengan cara yang layak, yang mana ia telah menanggalkan seluruh kehidupan sebelumnya sebagai Roro Wilis, dan kemudian menjadi Pak Suko melalui perjalanan mendalami ilmu pada Ahmadiyah ini. Banyak hal yang disebutkan bersinggungan dengan Roro Wilis hingga akhirnya menjadi seorang Ahmadi.

            Suatu jalan yang dipilih, kemudian beberapa jalan yang dilalui begitu terjal dan mencekam, hingga akhirnya ia tersungkur pada sebuah keadaan diluar dugaannya, pada saat itulah datang hidayah padanya, dan menolongnya untuk keluar dari jalan yang terjal tersebut. Menjadikannya lebih baik, dengan ilmu yang diyakininya, semoga Allah mengampuni segala kesalahanya di masa lalu. Aamiin Allahuma Aamiin.

 


You Might Also Like

0 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts