Sedang Mencegah Atau Menakuti Diri Sendiri?
Mei 16, 2020 Awal 2020 ini negara kita di
kejutkan dengan merebaknya, Corona Virus Diseases 2019 atau yang lebih tepatnya
severe acute respiratory syndrome coronavirus 2(SARS-CoV-2) yang mana virus ini
menyerang sistem pernapasan. Tidak hanya sampai disitu, Covid-19 ini selain
menyerang sistem pernapasan,pneumonia akut bahkan sampai kematian. Virus ini
lazim dikenal dengan nama virus Corona, tanpa memandang bulu, virus ini dapat
menyerang siapa saja yang lalai melakukan pencegahan terhadapnya. Dengan
berbagai macam gejala yang tampak, adapun yang tidak tampak. Bukan hanya
lansia, remaja,dewasa, ibu hamil dan anak-anak pun dapat terinfeksi virus jenis
ini.
COVID-19 yang mana pertama kali
ditemukan di kota Wuhan,Cina pada akhir 2019 ini, begitu cepat merebak, bahkan
hingga menjadi pandemic(global) akibat begitu cepatnya terjadi penyebaran virus
ini, hingga menjadikan pandemic ini sebagai Kejadian Luar Biasa(KLB). KLB jenis
ini membuat para manusia dengan rasa takut dan cemas yang berlebihan
terbirit-birit menjauhinya dengan melakukan berbagai upaya pencegahan, hingga
akhirnya menempuh beberapa hal yang tak seharusnya atau berlebihan. Sistem
Kesehatan,ekonomi,sosial,budaya dan agama yang kerap di porak-porandakan oleh
virus ini, membawa manusia membangun mindset(sikap) yang tak sehat.
Manusia menjadi tidak sehat, bukan
karena, terinfeksi Covid-19. Terus apa yang membuat manusia ini tak lagi sehat?
Ya, dibeberapa belahan dunia, kita kerap mendapatkan manusia dengan gaya menyibakkan
konteks kemanusian, dengan dalih takut terinfeksi Covid-19, sehingga mealukan
pembelian antiseptic secara besar-besaran, menimbun masker dan membeli APD
layaknya tenaga medis. Apakah ini jenis manusia yang sehat? Apakah ini bentuk
pencegahan diri dari Covid-19? Rupanya dengan tingkah seperti ini, semakin
membuat manusia tak lagi sehat, bukan karena Covid-19 tapi diri mereka sendiri.
Terkadang saya pun bingung, apakah
ini yang disebut dengan pencegahan? Member makan rasa takutmu, dan membangun
spekulasi akan hal-hal yang sebenarnya tak perlu berlebihan dan menjadi manusia
egois seperti itu. Dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar anda,
sudah cukup membuat terhindar dari Covid-19. Lalu, apa perlunya menimbun
masker, hand sanitizer dan APD, alih-alih agar tak terjangkiti virus corona.
Lupakah kalian bahwa Putera mahkota Inggris, pangeran Charles pun sempat
terjangkit Covid-19? Sebelum akhirnya sembuh, sepekan ia di isolasi. Meski
telah sembuh, ia mengungkapkan perlunya menjaga jarak dengan orang lain.
Sehingga putera dari Ratu Elizabeth II itu masih melakukannya(CCN Indonesia).
APD digunakan untuk berpergian dengan alasan menhindari coronavirus, lupa kalau
sajian makanan Pangeran Charles lebih steril dari anda? Ia tetap menjaga jarak,
itu bukan karena hanya bentuk ketakutan tapi bentuk pencegahan, di isolasi agar
diam dirumah, bukan malah jalan-jalan menggunakan APD lengkap, ini bukan
menghindari hujan, yang mana dapat terlihat, ini menghindari virus, yang tak
terlihat namun, dapat dirasakan.
Pencegahan MERS dilakukan dengan
perilaku hidup bersih dan sehat, menghindari kontak erat dengan penderita,
menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan
memakai sabun dan menerapkan etika batuk ketika sakit4. Secara hirarkis pencegahan dan penularan
infeksi menurut infectionprevention and control (IPC), yaitu pengendalian
administratif, pengendalian dan rekayasa lingkungan, dan penggunaan alat
pelindung diri (APD)13. Kewaspadaan pencegahan dan pengen-dalian infeksi
meliputi:
1. Kewaspadaan
standar (standardprecaution) yang diterapkan di semua fasilitas pelayanan
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi semua pasien dan
mengurangi risiko infeksi lebih lanjut.
2. Kewaspadaan
pencegahan dan pengen-dalian infeksi tambahan ketika merawat pasien ISPA yaitu
semua individu termasuk pengunjung dan petugas kesehatan yang melakukan kontak
dengan pasien ISPA.
3. Kewaspadaan
pencegahan dan pengen-dalian infeksi pada prosedur/tindakan medik yang
menimbulkan aerosol (< 5 mikron).
4. Kewaspadaan
pencegahan dan pengen-dalian infeksi ketika merawat pasien probable atau
konfirmasi terinfeksi MERS-CoV dengan membatasi jumlah petugas kesehatan,
anggota keluarga dan pengunjung yang melakukan kontak dengan pasien suspek,
probable atau konfirmasi terinfeksi MERS-CoV serta menunjuk tim petugas
kesehatan terampil khususyang akan memberi perawatan secara eksklusif kepada
pasien.
5. Durasi
tindakan isolasi untuk pasien harus diberlakukan selama gejala penyakit masih
ada dan dilanjutkan selama 24 jam setelah gejala hilang.
Cukup dengan melakukan pencegahan, bukan member
makan rasa takutmu, apalagi memicu rasa takut pada diri orang lain. Ini bukan
tentang diri sendiri, ini tentang kemanusiaan, tentang kita yang masih ingin
hidup bersama. Pencegahan itu mudah, hanya diperlukan niat dan melakukan
pencegahan. Rasa takut itu sulit, mengikuti keinginan hati yang takut itu
ribet, takkan ada habisnya, takkan pernah selesai. Seperti serakah, rasa takut
yang diberi makan pun, sama.
0 comments