Juni; Cengkrama dan Rindu
Juni 21, 2020 Ketika tiba di Tolire, cuaca mulai
menunjukan pekatnya awan pertanda hujan akan turun namun, hingga di penghujung
sore hujan tak menunjukkan rupanya, mungkinkah hujan malu dengan suasana yang
penuh rindu di tepi pantai ini? Yah, rupanya hujan menginginkan cengkrama yang
hangat ini terus berlanjut, kerap mendekap semesta dengan rindu yang harus
dibayar tuntas, bak dendam, rindu memang harus dibayar tuntas.
Mungkin pada akhir bulan maret,
adalah pertemuan terakhir kami, sebelum akhirnya kami bertemu lagi pada sore
ini. Ayu, nama sahabatku ini. Ia adalah seorang gadis dewasa yang selalu
menjadi tempat berbagi keluh kesahku, selalu menjadi tenang dengan beberapa
untaian harapannya untuk menasehatiku kerap ku ceritakan rintihan hati ini.
Kami suka menghabiskan waktu berdua untuk berbagi cerita dan saling berbagi
solusi, pun menceritakan keinginan dan rencana tentang masa depan kami. Ayu,
memiliki usia yang lebih tua dari ku namun, rupanya chemistry kami melebihi
jarak usia kami, sehingga semua terasa seumuran dan keinginan akan terus
bersama tak member sekat usia kami.
Juni punya banyak cerita tentang
hujan yang merebak dan membatasi beberapa rencana, pun rindu. Kali ini, Juni
tak hanya tentang hujan namun, tentang pandemik yang membatasi temu yang di
nantikan. Jauh sebelum pandemic menerpa, aku dan beberapa kawan merencanakan
beberapa hal yang ingin direalisasikan. Hingga akhirnya, kami dipertemukan
dengan wabah yang membuat kami harus sedikit lebih sabar, kecewa dan menabung
rasa rindu.
Pertemuan kita hari ini merupakan
realisasi dari janji seminggu lalu, setelah hampir 3 bulan tak bertemu dan
meluapkan semua cerita tentang hari sulit dan bahagia. Pertemuan kami memang
selalu melahirkan tawa riang, damai dan cinta. Seperti itulah cara kami merawat
cinta, dengan komunikasi yang intens, saling mendukung dan memotivasi ketika
masing-masing dari kita ingin melalui jalan yang kita pilih, bertemu di waktu
senggang untuk berbagi cerita secara langsung dan berpelukan, bukan hanya
bersama kekasih yah yang didambakan pelukannya, bersama sahabat pun selalu
dirindukan, hehe.
Sore dan pantai, keduanya adalah
suasana yang diminati kebanyakan orang, pun aku. Hari ini aku tak dapat melihat
senja alias terbenamnya sang mentari di ufuk barat namun, kedamaian kerap
bersemi didalam hatiku, laksana serdadu di medan perang. Membaca buku,
menikmati suasana laut, semilir angin yang meniupkan ketenangan, ahh rupanya
aku memang selalu jatuh cinta dengan alam raya ini. Maluku Utara memang selalu
menawarkan keindahan dan kedamaian yang menenangkan.
Kini, aku dan Ayu kerap meneruskan
percakapan hangat selama kurang lebih 3 bulan tak bertemu dan berpelukan. Ah,
rasanya kami benar-benar membayar rindu ini dengan tuntas. Hingga akhirnya, tak
terasa, hari telah malam, lampion di sekitar kami telah memancarkan cahayanya
di gelapnya malam, beberapa orang masih memilih tetap bercengkrama dibawah
sinar lampion yang menawarkan kesan romantis.
Ketika merasa cukup lama di tempat
ini, kami pun bergegas menuju kota, dengan beberapa pilihan tempat yang ingin
di kunjungi jadi, ini bukan tempat satu-satunya yang ingin di tuju yah. Ketika
telah membayar beberapa pesanan wejangan yang kami pilih diawal kedatangan,
kami pun benar-benar meninggalkan Tolire.
0 comments