Juni; Cengkrama dan Rindu

Juni 21, 2020


dok pribadi/Nia

            TERNATE terik matahari memberikan warna tanpa keraguan untuk menjemput senja, aku dan seorang sahabat membuat rencana untuk mengabiskan sore ditepi pantai, dengan memandang bibir pantai bersama datangnya malam.Tanpa menunggu lama, sekitar pukul 16:40 WIT, kami bergegas melaju ke  arah yang di tuju, suatu tempat yang berada dibelakang gunung Gamalama, Tolire namanya. Disana telah banyak pengunjung yang berdatangan, tidak hanya dari kalangan muda-mudi pun lansia.

            Ketika tiba di Tolire, cuaca mulai menunjukan pekatnya awan pertanda hujan akan turun namun, hingga di penghujung sore hujan tak menunjukkan rupanya, mungkinkah hujan malu dengan suasana yang penuh rindu di tepi pantai ini? Yah, rupanya hujan menginginkan cengkrama yang hangat ini terus berlanjut, kerap mendekap semesta dengan rindu yang harus dibayar tuntas, bak dendam, rindu memang harus dibayar tuntas.

            Mungkin pada akhir bulan maret, adalah pertemuan terakhir kami, sebelum akhirnya kami bertemu lagi pada sore ini. Ayu, nama sahabatku ini. Ia adalah seorang gadis dewasa yang selalu menjadi tempat berbagi keluh kesahku, selalu menjadi tenang dengan beberapa untaian harapannya untuk menasehatiku kerap ku ceritakan rintihan hati ini. Kami suka menghabiskan waktu berdua untuk berbagi cerita dan saling berbagi solusi, pun menceritakan keinginan dan rencana tentang masa depan kami. Ayu, memiliki usia yang lebih tua dari ku namun, rupanya chemistry kami melebihi jarak usia kami, sehingga semua terasa seumuran dan keinginan akan terus bersama tak member sekat usia kami.

            Juni punya banyak cerita tentang hujan yang merebak dan membatasi beberapa rencana, pun rindu. Kali ini, Juni tak hanya tentang hujan namun, tentang pandemik yang membatasi temu yang di nantikan. Jauh sebelum pandemic menerpa, aku dan beberapa kawan merencanakan beberapa hal yang ingin direalisasikan. Hingga akhirnya, kami dipertemukan dengan wabah yang membuat kami harus sedikit lebih sabar, kecewa dan menabung rasa rindu.

            Pertemuan kita hari ini merupakan realisasi dari janji seminggu lalu, setelah hampir 3 bulan tak bertemu dan meluapkan semua cerita tentang hari sulit dan bahagia. Pertemuan kami memang selalu melahirkan tawa riang, damai dan cinta. Seperti itulah cara kami merawat cinta, dengan komunikasi yang intens, saling mendukung dan memotivasi ketika masing-masing dari kita ingin melalui jalan yang kita pilih, bertemu di waktu senggang untuk berbagi cerita secara langsung dan berpelukan, bukan hanya bersama kekasih yah yang didambakan pelukannya, bersama sahabat pun selalu dirindukan, hehe.

dok pribadi/Nia

            Sore dan pantai, keduanya adalah suasana yang diminati kebanyakan orang, pun aku. Hari ini aku tak dapat melihat senja alias terbenamnya sang mentari di ufuk barat namun, kedamaian kerap bersemi didalam hatiku, laksana serdadu di medan perang. Membaca buku, menikmati suasana laut, semilir angin yang meniupkan ketenangan, ahh rupanya aku memang selalu jatuh cinta dengan alam raya ini. Maluku Utara memang selalu menawarkan keindahan dan kedamaian yang menenangkan.

            Kini, aku dan Ayu kerap meneruskan percakapan hangat selama kurang lebih 3 bulan tak bertemu dan berpelukan. Ah, rasanya kami benar-benar membayar rindu ini dengan tuntas. Hingga akhirnya, tak terasa, hari telah malam, lampion di sekitar kami telah memancarkan cahayanya di gelapnya malam, beberapa orang masih memilih tetap bercengkrama dibawah sinar lampion yang menawarkan kesan romantis.

            Ketika merasa cukup lama di tempat ini, kami pun bergegas menuju kota, dengan beberapa pilihan tempat yang ingin di kunjungi jadi, ini bukan tempat satu-satunya yang ingin di tuju yah. Ketika telah membayar beberapa pesanan wejangan yang kami pilih diawal kedatangan, kami pun benar-benar meninggalkan Tolire.

                                                                                                    

You Might Also Like

0 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts