Juli; Dingin Yang Sama
Juli 02, 2020 TERNATE,
Juli masih basah, tak hanya pada Juni namun, Juli kembali membawa rasa yang
mulai semu. Sekedar bertandang atau ingin menetap, tak ubahnya udara yang
mencekam dikala kalut yang terabaikan, semoga yang dilangitkan. Mungkin semesta
masih ingin berlama-lama melihat kita terbuai dalam duga-duga yang begitu
menyisakkan tanya, harap dan akhirnya jatuh dalam posisi bertahan.
Udara yang terasa begitu dingin
mulai menyergapku, sesaat kemudian aku terbangun tanpa tanya, berusaha memahami
bahwa, ini hanyalah panggilan hawa yang mulai mendekap dengan amat sangat.
Tanpa ku sadari, beberapa panggilan telah berlalu pada telepon pintar milikku,
sesaat aku kembali melanjutkan tidurku.
Ada yang berbeda dengan Juli. Tak
ubahnya perkara diam yang masih sama, cerita yang membeku dibalik tanya, antara
harapan dan menyerah. Ah, ini memang begitu terasa dingin, selaksa peristiwa
pagi yang masih ingin ku amini, laksana sihir Harry Potter yang ku nantikan,
rupanya ini amat berlebihan. Mungkin begitu.
Banyak rencana yang kerap ku
hempaskan di awal Juli, dingin yang masih sama menyelimutiku, berkenan untuk
membuaiku dalam sekejap. Juli ku tak lagi hangat, cerita yang tak lagi bersemi,
dan semua kenangan yang terasa semu. Apakah gerangan Juli masih terasa dingin?
Seorang sahabat kembali bertanya
tentang Juli ku? Aku hanya tersenyum serasa menikmati kopi yang berasal
darinya, tanpa ragu-ragu ia mulai menanyakan perihal luka yang pernah ku
ceritakan. Ini rasanya menyebalkan, kenapa harus sekarang ia bertanya, gerutu
ku dalam hati, rupanya ia memiliki alasan dibalik semua tanyanya, berusaha
memihak kebaikan. “Andaikan kau tahu tentang Juli saat ini, apakah kau masih
menginginkan posisi ini?” ungkapnya lugas. Seraya tersenyum aku tak ingin
terlihat membatin, “Mungkin, aku akan merubah beberapa pilihanku diawal April”
ungkapku tanpa garis senyum.
Melangkah dengan penuh hati-hati,
selalu menjadi cita-cita mulia yang pernah ku miliki, tak ingin melakukan hal
yang nantinya ku sesali, inginku yang paling dalam. Namun, itulah kita (sebagai
manusia) hanya bisa memilih dengan keyakinan kecil partikel, berharap semua
ingin kita bertumbuh subur dan menjadi sebongkah berlian yang kerap membuat
garis senyum terukir setiap harinya. Pada awalnya semua terlihat begitu
mengagumkan, seiring berjalannya waktu semua hanyalah semu semata.
0 comments