Ruang Gelap yang Terbentuk
November 27, 2020
Entah
berapa banyak orang yang akan kutemui lagi pada masa depan dengan kungkungan Anxiety, Stress disorder dan berakhir bipolar atau menyerah pada kehidupan.
Rasanya, aku butuh tangan-tangan Tuhan untuk merangkul bahu mereka dan hati
yang diliputi trauma dan cemas yang merebut masa depan mereka dan peluang untuk
bisa lebih banyak berekspresi dengan usia yang produktif ini. Mereka adalah
bagian dari anak Tuhan yang sungguh bertalenta dan memiliki bakat yang tak
dimiliki kebanyakan anak lainnya namun, apalah daya, semua telah direbut paksa
oleh kenangan traumatis yang mencekik dan berakhir tak berdaya.
Beberapa dari mereka memiliki awal
yang berbeda, ada yang terlibat buly terlebih dahulu, dalam jangka waktu
panjang memungkinkan mereka jatuh dalam buih Anxiety, ada yang tersandung oleh kenangan buruk yang mengakibatkan
traumatis serta sifat introvert yang mengkafer semua itu. Tanpa ada yang tau,
orang tua sekalipun, kerabat yang tak cukup banyak, dapat dihitungan dengan
jumlah jemari tangan yang tak lebih dalam 5-7. Introvert, kecenderungan parah
yang mengakibatkan semua menjadi semakin parah, mulai dari Anxiety itu sendiri bahkan Stress
disorder yang disertai emosi yang kerap berapi-api.
Betapa sulitnya mereka untuk menekan
laju emosi, kekesalan terhadap diri sendiri akibat buly yang sandangnya dalam
kurun waktu yang lama >10 tahun, keputusasaan yang menuntun mereka pada
pintu kematian, tak sedikit yang kemudian berakhir pada raga tanpa nyawa.
Menutup diri, tak banyak membuka ruang komunikasi dengan orang-orang sekitar
memungkin semua hal tersebut terawatt dengan subur dan terus tumbuh dan
mendarah daging, butuh keajaiban Tuhan untuk merubah segalanya, adalah pinta
semesta.
PSTD (Post Traumatic Stress
Disorder), gangguan stress pascatrauma mengakibatkan gangguan mental yang muncul
setelah mengalami atau menyaksikan pristiwa tidak menyenangkan, Introvert kerap
memberi ruang untuk terus tumbuh dalam hidupnya, duduk dalam ruang jiwanya,
keadaan yang benar-benar tak memungkinkan ia dapat berlaku seperti orang lain
pada umumnya. Aku sungguh banyak menitipkan doa pada para penduduk langit akan
hal yang satu ini.
Tak banyak yang memahami situasi
mereka untuk kecenderungan akan traumatis masa lalu dan prilaku bullying yang didapatnya karena, mereka
terkesan tidak menceritakan apapun pada kedua orang tuanya. Entah berapa banyak
emosi yang diluapkan dengan tindakan yang biasa, melemparkan benda tajam pada
sebuah objek atau terkesan melukai orang lain akibat tindakan tersebut.
Aku tak pernah membayangkan kepada
mereka yang gemar membully orang
lain, atas dasar bentuk fisik dan kekurangan yang dimiliki orang tersebut,
pernahkah terlintas dipikiran mereka tentang bahaya apa yang kerap menyergap
orang yang di bully? Berapa lama
stress disorder yang bakal menghantui sepanjang hidup mereka? Luka lama yang
bekasnya tetap terasa nyata sepanjang nafas mereka. Apakah ada manusia yang
terlahir tanpa hati nurani seperti mereka para pelaku bullying?
Tentang kisah yang sulit kuabaikan,
menatap nanar pada mereka yang yang kerap berseteru dengan kehidupan yang
abnormal, tak menjadi impian siapapun. Aku hanya dapat mendengarkan lebih
banyak, member saran lebih hati-hati mengajak ia keluar dari sudut pandang yang
kian gelap. Banyak hal yang ku rasa harus mereka lakukan diusia kami, mencatat
sejarah tentang masa muda yang produktif yang harusnya dimiliki setiap anak
muda.
0 comments