Sejuta Cinta Dalam Larutan Coldbrew
Januari 19, 2021
Hujan yang
singgah pada seperempat malam, menyapa seisi bumi dan mengalir pada
lereng-lereng sunyi, ada gemuruh guntur yang teduh. Bulirnya tenang jatuh pada
tanah, lalu memekik dan kemudian riuh. Aroma khas tanah mulai merebak pada ruang-ruang esophagus. Aku yang kerap fokus
sejak beberapa jam belalu disuguhkan secangkir Coldbrew. Tak lupa beberapa pertilan es batu telah berada dalam
larutan Coldbrew.
Bulir
hujan yang semakin teduh menyamarkan riuh menjadi teduh, dua sosok asing
kemudian datang dan memenuhi semua perjamuan Coldbrew
bersama seorang sahabat ku dan seorang teman dekat yang baru-baru ini ku kenal
akrab dengan sejuta mimik humoris yang diikuti dengan tingkahnya yang membuatku
dan Indah tak henti-hentinya terpingkal-pingkal saat bersama dalam caffee ini. Indah nama sahabatku yang
tak kalah humoris dengan si Joo alias teman baru ku.
Aku
yang semula tak mengenal dua sosok asing ini, kemudian akrab dengan
perbincangan hangat bak sahabat lama yang baru bertemu. Mungkin itulah salah
satu bukti kami yang pandai beradaptasi, hehe. Beberapa alat musik telah dimainkan, beberapa lagu telah dinyanyikan. Puisi-puisi telah dibacakan diantara
iringan musik yang syahdu. Gelas-gelas yang berisi larutan Coldbrew dengan lelehan es batu pun semakin berdenting pertanda
bahwa kami menikmatinya dengan cinta. Beberapa kali tuangan Coldbrew dari botolnya terselesaikan.
Ah, ini kali pertama aku begitu jatuh cinta pada kopi yang tak manis namun,
tetap dinikmati.
Disela-sela
perbincangan kami, lagu-lagu yang telah dinyanyikan, rintik hujan yang mulai
mengalah pada malam yang menawarkan larut. Hingga akhirnya dingin menggerogoti
kulit dan menusuk tulang. Pakaian kami yang semakin lama dilapisi oleh jaket
tebal yang telah kami sediakan sebelumnya, menambah kehangatan diantara
percakapan kami.
Setelah
merasa cukup dengan perkenalan singkat nan berkesan, diriku mengundurkan diri
kembali pada meja awal yang menawarkan beberapa pekerjaan, hehe. Awal
kedatangan ku adalah mulai mengerjakan beberap THE(Take Home Exam) dari beberapa dosen, sebagai pengganti Ujian
Akhir Semester(UAS). Akupun kembali tenggelam dalam pekerjaan yang ingin segera
ku selesaikan. Seketika semua terasa kosong. Hanya aku dan larutan Coldbrew. Dinginnya es batu dalam
campuran Coldbrew telah memenuhi
ruang kerongkongan yang mulai candu akan kopi jenis ini.
Ketika
pekerjaanku selesai, kopi pun tandas. Dengan beberapa niat yang tulus, aku
bergumam dalam hati, aku telah jatuh cinta pada kopi, mungkin kedatanganku ke tempat
ini, adalah kopi diantara beberapa alasan lain untuk sebuah pekerjaan. Selain
tenang, tempat ini telah mampu menginspirasi pun membuatku mampu mencintai,
kopi.
Hal
yang langka, momen yang komplit. Kopi, cengkrama, dan musik. Trimakasih telah
menghidupkan ruang-ruang imajinasi dan merangsang dopamin yang akhir-akhir sulit
ku lakukan, atas nama semesta rupanya aku menemukan ruang yang disebut rumah.
Tempat kembali setelah penat dengan tuntutan dunia dan seisinya.
Tenang
dan merasa aman. Teruslah seperti ini. Kopi dan buku. Perpaduan sempurna untuk
merangsang dopamin yang seharusnya. Tak selebihnya karena, selebihnya adalah
untuk terus menulis. Menuliskan setiap kisah, mengabadikan pertemuan, dan waktu
kita adalah sebuah keabadian yang tak pernah ku rencanakan tetapi semesta
memilih kita dalam rentang kisah yang tercipta.
0 comments