Si Cantik Piton Albino

Februari 06, 2021

 

Dok pribadi/Nia

Ini tentang si Cantik Piton jenis Albino. Entah sejak kapan, aku begitu mencintainya. Aku lupa awal kita bertemu tepatnya kapan, tapi yang ku tahu hingga sekarang sama gemesnya aku terhadap si Piton yang memiliki kulit Albino. Mungkin ini sedikit membuatku berbeda dari kebanyakan anak lainnya tapi, aku suka dengan perbedaan ini, setidaknya aku tahu bahwa, sejak berusia kanak-kanak aku  phobia terhadap Kucing, tapi baik-baik saja dengan Ular dan bahkan suka sama jenis Albino ini.

Sejak 2016, aku sering menjumpai beberapa komunitas reptile pada salah satu pusat keramaian di kota Makassar. Disana, terdapat banyak reptile yang telah akrab dengan teman-teman itu. Ada Iguana dan sebangsanya, Ular dengan beberapa jenis lainnya, Buaya usia dini dan jenis reptile lainnya. Hal ini membuatku kerap ingin selalu menjumpai si Piton cantik ini, di anjungan pantai Losari setiap pekan.

Pada beberapa waktu, ketika akhir pekan, aku memutuskan untuk berjalan-jalan ke anjungan pantai Losari, bersama kakak dan teman-teman kampus atau angkatan perawat 2016 di Mega Rezky. Tujuan ku ke Losari, selain berburu pisang Eppe ya si Piton, hehe. Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk datang lebih awal ke Losari, dengan perhitungan macet dan hal serupa, aku memutuskan untuk berangkat dan meninggalakan Antang(tempat tinggalku) lebih awal, sekitaran ba’da Ashar. Hal ini memang telah ku perhitungkan, jauh sebelumnya, agar tak menita banyak waktu ku kelak bertemu si Piton cantik, hihi.

Ketika tiba di anjungan pantai Losari, aku menemui penjual pisang Eppe terlebih dahulu, sebelum akhirnya aku aku menemui si Piton Cantik. Beberapa dari Piton Cantik ini datang lebih awal dariku, entah karena mereka tinggal lebih dekat dengan kawasan pantai Losari, atau memang keberangkatan mereka jauh lebih awal dariku.

Setelah memutuskan pindah di kota mungil nan elok ini, Ternate. Aku memiliki rindu tersendiri terhadap si Cantik Piton ini. Beberapa waktu, ketika aku berkunjung pada beberapa tempat, di kota ini jarang ku temui kalangan Ular seperti Piton. Komunitas reptile pun tak pernah ku temui.

Pada akhirnya, aku bertemu seorang sahabat, yang akrab disapa dengan sebutan Mas Deddi. Nah, si Mas Deddi yang gemar aktif dan menekuni beberapa komunitas yang diikuti nya, ternyata adalah salah satu dari anggota komunitas reptile ini. Dari sinilah, aku kembali bisa menemukan Piton yang cantik dan jenis Albino. Piton ini ku sebut cantik karena, corak warna kulitnya yang apik. Aku begitu jatuh cinta pada kulitnya, percampuran antara putih dan kuning. Kolaborasi warna yang mengagumkan, estetik. Pertemuan antara kedua warna ini menambah nilai keelokan sang Piton ini. Sungguh cantik, Piton Albino yang terbalut warna kuning dan putih.

Dok pribadi/Nia

Pada jenis binatang serupa, kita tak bisa menyebutnya jinak. Aku tak pernah mengadopsi kata tersebut untuk jenis reptile, apapun itu. Pada Ular khususnya, ini masalah kebiasaan. Ia yang telah terbiasa disentuh atau telah merasa aman dengan sentuhan manusia, tak memberi reaksi melawan atau memangsa. Dengan terpenuhi nutrisinya, atau dengan kata lain telah diberi makan, maka Ia akan jauh dari kata lapar dan menunjukkan tingkahnya. Ditambah melihat moodnya, bukan hanya manusia yang perlu di telisik tentang hal ini, Ular pun penting. Jika, ia sedang memiliki mood yang kurang baik, atau sedang pada masa birahi, ia cenderung tak ingin diganggu atau lagi sensi, mirip wanita kalau lagi datang bulan, ya? Hehe. Siklus seperti ini perlu diperhatikan agar dapat bersahabat dengan berbagai jenis reptile. Hal ini tidak hanya terjadi pada Ular, pun jenis reptile lainnya.

Dok pribadi

Ketika aku menggendong Piton Cantik ini, aku sempat bercakap-cakap dengan salah satu anggota komunitas tersebut, selain Mas Deddi. Kak Iswar namanya, ia seorang pemuda yang berasal dari Halmahera Utara, yang sama memiliki ketertarikan terhadap reptile termasuk Ular. Banyak hal yang diceritakan tentang ketertarikan dan beberapa masa yang dilewati oleh si Piton yang kerap berada pada buaian ku. Beberapa tanda gigitan Iguana mulai diperlihatkan. Bukan untuk menakuti, melainkan ini adalah pengalamannya ketika mengenalkan sentuhannya pada sang Iguana yang baru beradaptasi dengan manusia. Ia menceritakan tentang  beberapa Piton yang harus ditinggalkan di sekret dan tak bisa dibawa jalan-jalan ke tempat kami berada, di Landmark. Para Ular yang diitinggalkan ini, adalah mereka yang baru diberi makan. Yang memerlukan waktu istrahat, sama halnya dengan manusia. Ular pun memiliki masa ini, dan tak bisa diganggu.

Dok pribadi/Nia

Ketika kumandang, adzan maghrib tiba. Kami pun memutuskan untuk pulang dan berpisah. Mungkin pekan depan kami akan kembali berjumpa lagi. Setelah sekian lama, keberadaanku di Ternate, baru kali ini bertemu lagi dengan si Piton cantik. Tak kalah cantiknya dari yang biasanya ku temui. Ah, aku memang betah berlama-lama dengan si cantik ini. Rasanya terbayar sudah, rindu yang menumpuk pada sang Piton. Sampai jumpa di akhir pekan lagi Piton cantik.

Terimakasih mas Deddi, yang sudah mempertemukanku dengan para Piton cantik ini.

Ternate, 06 Februari 2021

 

You Might Also Like

0 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts